Jokowi dan Megawati Soekarnoputri akan Terjadi Perceraian Politik Menjelang 2024?
Oleh Marianus Gaharpung (Dosen FH Ubaya & Lawyer di Surabaya)
Ketidakhadiran Megawati maupun Puan mempertegas sikap penolakan elite PDIP terhadap Jokowi yang menunjukkan kecenderungan mendukung Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo sebagai capres, sebagaimana yang disampaikan dalam acara Projo beberapa waktu lalu.
Itu artinya hubungan keduanya sudah tidak biasa-biasa saja. Hal ini menjadi terang benderang dimana Selasa, tanggal 31 Mei, Presiden Jokowidodo bersama beberapa menteri serta pejabat dari negara negara sahabat tidak terlihat putri sang Proklamator Bung Karno, Megawati Soekarnoputri dan cucu proklamator yakni Mbak Puan Maharani datang ke Kabupaten Ende bumi inspirasi lahirnya Pancasila sebagai Dasar Negara untuk merayakan lahirnya Pancasila 1 Juni 2022.
Ada apa dengan semua tontonan yang kurang sedap ini. Kalau dugaan orang benar bahwa Megawati merasa kecewa karena ingin menampilkan putrinya Puan Maharani tetapi Jokowidodo seakan tidak merestui lalu apakah sikap ini sebuah kecelakaan besar dalam tubuh PDIP terhadap Jokowidodo? Lalu orang mulai memikirkan partai tersebut adalah sebuah kendaraan politik untuk melahirkan politikus handal atau melahirkan seorang pemimpin. Atau dengan kata lain eksistensi partai politik itu untuk menjadikan seorang pemimpin yang tidak harus dari partai politik atau memang wajib dari partai politik? Kalau adanya partai politik dengan tujuan agar anggota partainya merebut kekuasaan sebuah pemerintahan, maka sampai kapanpun Indonesia tidak akan pernah berkembang maju sebab seorang pemimpin yang lahir dari politikus maka akan berpikir ke pemilu yang datang demi melanggengkan kekuasaannya tidak sepenuhnya memikirkan kesejahteraan rakyatnya.