Ketika Misionaris SVD Benuming Brasil Adopsi Pertanian Irigasi Tetes Ala Israel di Candraditya Maumere
Oleh Walburgus Abulat (Pegiat Literasi dan Wartawan Senior)

“MENGENAI diri kita…Kita menanam benih-benih yang suatu hari akan tumbuh. Kita menyiram benih-benih yang yang ditanam. Kita tahu benih-benih ini mengandung janji masa depan Gereja,” Uskup Agung El Salvador, Oscar Romero.
Pusat Penelitian (Puslit) Candraditya Maumere terletak di Jalan Lerowulan Maumere, Kecamatan Alok, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT. Sebuah nama tempat/locus yang terpatri dalam sanubari siapa saja, terutama kalangan mahasiswa dan akademisi seantero jagat. Sebab di lokasi ini tinggal beberapa imam Kongregasi Societas Verbi Divini (SVD) atau Serikat Sabda Allah. Mereka bukanlah imam-imam biasa. Sebab sebagian besar penghuni tempat ini adalah para peneliti, dan Dosen pada Sekolah Tinggi Filsafat Katolik (STFK) Ledalero. Para peneliti di tempat ini bekerja sama dengan para imam SVD lainnya yang menghuni Seminari Tinggi Ledalero telah menghasilkan pelbagai penelitian ilmiah di bidang apa saja di antaranya bidang kebudayaan, antropologi, agama, sosial kemasyarakatan, keadilan dan HAM, pelbagai ilmu dan inovasi,
dan bidang-bidang kemasyarakatan lainnya. Beberapa imam yang menghuni Rumah Puslit Candraditya ini patut disebutkan di antaranya RP. Dr. John M. Prior, SVD; Anggota Dewan Provinsi SVD Ende, RP Eman Embu,
SVD; Rektor Rumah,RP. Hubert Thomas Hasulie, SVD; Mantan Co-Director Vivat Internasional yang berkedudukan di New York-Amerika Serikat RP. Robert Mirsel; SVD; dan Ekonom Rumah RP. Thomas Tue, SVD. Selain para dosen dan peneliti, Rumah Puslit Candraditya milik Kongregasi SVD Ende ini juga dihuni seorang calon misionaris yang mendapatkan penempatan/benuming di Amazon, Brasil bernama RP. Wempy
Jawa, SVD. RP Wempy adalah imam muda asal Watublapi, Kecamatan Hewokloang, Kabupaten Sikka yang ditahbiskan menjadi imam pada 3 Oktober 2020.
Keberadaan calon misionaris Amazon-Brasil ini di Candraditya Maumere semakin melambungkan nama lembaga Puslit ini di kalangan semua lapisan warga Kabupaten Sikka khususnya, dan para petani di mana saja berada. Betapa tidak. Meski usia imamatnya terbilang muda, dan ia diumumkan penempatannya(benuming) di Amazon- Amerika Selatan, namun Pater Wempy mengisi momen singkat menjelang keberangkatannya ke Brasil dengan mengembangan Pertanian Irigasi Tetes di Puslit Candaditya Maumere. Ya, sebuah teknologi irigasi tetes yang tak tanggung-tanggung diadopsi dari Negara sekelas Israel.

Bagaimana ceritanya sehingga RP. Wempy mengembangkan Pertanian Irigasi ala Israel di Puslit Candraditya Maumere-tempat para pemikir Kongregasi SVD berkreasi di bidang ilmu dan pengetahuan selama ini? Ditemui di sela-sela sedang merawat aneka sayur di lahan pertanian Irigasi Tetes di Puslit Candraditya, Jumat 7 Januari 2022, RP. Wempy tampak penuh semangat mengoperasikan pelbagai sistem irigasi tetes untuk menyiram aneka sayuran di atas areal yang sudah didesain sentuhan inovasi teknologi yang secara otomatis meneteskan air, menumbuhkan tanaman yang ada sehingga tampak segar dan selalu hijau. Misionaris yang memilih moto tahbisan imam dari Injil Yohanes 14:6
“Akulah Jalan, Kebenaran dan Hidup” ini tampak penuh antusias menceritakan bagaimana awal mula ia mengembangkan pertanian Irigasi Tetes yang merupakan adopsi dari Pertanian di Israel itu. Alumnus S1 Filsafat dan S2 Teologi Kontekstual pada STFK Ledalero ini mengaku ia awal mula belajar mengembangkan pertanian Irigasi tetes ini dari salah satu keluarganya yang pernah belajar pertanian irigasi tetes dan teknologi pertanian dengan aplikasi Short Message Service (SMS) dari Yance Maring.
“Saya belajar irigasi Tetes ini dari keluarga saya bernama Yance Maring. Setelah saya belajar dan dibantu Adik Yance Maring dan mendapatkan pendalaman irigasi tetes melalui google dan website, saya kemudian mulai mengembangkan Pertanian Irigasi Tetes di areal tidur di Bagian Barat dan di Bagian Selatan Puslit Candraditya seak Maret 2021,” kata anak ke-3 dari 6 bersaudara pasangan Bapak Emanuel Malewair dan Ibu Valentina Pitang ini.
RP. Wempy mengakui di atas areal sekitar seperempat hektar di Puslit Candraditya Maumere, ia mengembangkan aneka jenis tanaman sayur di antara pelbagai jenis selada, kangkung, kol, tomat, brokoli, kacang panjang, pepaya, dan aneka jenis sayur lainnya.
“Teknologi pertanian irigasi tetes yang saya kembangkan ini sudah dinikmati hasilnya. Aneka sayur yang dihasilkan di areal ini, dijual ke masyarakat di Kota Maumere. Saya juga posting di grup WhatsApp
(WA), kalau ada yang berminat, mereka datang beli di Candraditya,” kata alumnus SMA Seminari Sinar Buana Sumba ini.
RP. Wempy menyebut beberapa keunggulan pertanian Irigasi Tetes di antaranya hemat tenaga, hemat air, dan aneka sayur yang dihasilkan sangat sehat karena dikelola secara organik. “Ada banyak keunggulan
yang kita dapat dari pengembangan pertanian Irigasi Tetes ini di antaranya hemat tenaga, hemat air, dan produksinya segar dan sehat karena sayuran yang dihasilkan dengan cara organik. Kami menggunakan
pupuk organic seperti pupuk kandang, dedaunan, dan pupuk cair sehingga sayuran terasa segar dan tidak berisiko bagi kesehatan orang yang mengonsumsinya,” kata RP. Wempy.

RP. Wempy menambahkan setelah memantapkan usaha sayuran di Candraditya, ia dalam beberapa waktu terakhir mengembangkan usaha sayur dengan irigasi tetes di Susteran SSpS Kewapante, dan Susteran
SSpS Hokeng. “Saya membantu mengembangkan usaha sayur organik di Susteran SSpS Kewapante, dan Susteran SSpS Hokeng,” kata RP. Wempy.
RP. Wempy berjanji ilmu pertanian irigasi tetes yang ia kembangkan selama ini akan menjadi bekal di Tana Misi saat bertugas di Amazon, Brasil. “Ilmu pertanian Irigasi Tetes ini akan menjadi modal bagi saya
saat bertugas di Brasil. Saya akan mempraktikkan pertanian irigasi tetes ini nanti saat bertugas di Brasil. Saya sudah urus segala dokumen untuk keberangkatan ke Brasil,” katanya.
Belajar di Israel
Sementara Yance Maring yang dihubungi Media ini, Minggu 9 Januari 2022 menegaskan bahwa ia sudah membagi ilmu pengembangan pertanian Irigasi Tetes kepada RP. Wempy Jawa sekitar Maret 2021 lalu.
“Saya dan RP. Wempy Jawa, SVD masih keluarga. Kami sama-sama dari Watublapi. Saya membagikan ilmu pengembangan pertanian irigasi tetes ini di Candraditya Maumere pada Maret 2021. Saya sangat senang karena RP. Wempy bisa mengembangkan pertanian Irigasi Tetes dengan menanam aneka sayur untuk kebutuhan Rumah Puslit Candraditya, dan kebutuhan warga warga yang membutuhkan aneka sayur organik,” kata Yance Maring.
Yance mengakui pertanian Irigasi Tetes yang dikembangkannya di beberapa lokasi di Kabupaten Sikka, termasuk di Puslit Candraditya Maumere dan di luar Kabupaten Sikka merupakan adopsi dari sistem
pertanian lahan kering di Arafah perbatasan Israel dan Libanon selama 9 bulan__ sejak Oktober 2018 hingga Juli 2019.
“Selama 9 bulan di sana saya belajar dari petani Israel yang mengembangkan sistem pertanian dengan aplikasi SMS melalui handphone (HP) dan perangkat komputer serta peralatan IT canggih lainnya,” kata
Yance.
Yance Maring menjelaskan dengan lancar bagaimana menginstal sistem dengan modul SMS untuk kontrol pengairan, filter kotoran, katup udara, venture infector, off take, join tape, drip tape, dan beberapa sistem
lainnya.
“Pola pertanian dengan aplikasi SMS ini mampu mengontrol pengairan, filter kotoran, katup udara, venture infector, off take, join tape, drip tape, dan beberapa sistem lainnya sehingga semua tanaman mendapatkan air sesuai kebutuhannya,” kata alumnus SMK Yohanes XXIII Maumere jurusan Teknik Komputer dan Jaringan tahun 2017.

Keunggulan
Yance Maring menyebut beberapa keunggulan pola pertanian irigasi tetes dengan aplikasi SMS yang dikembangkannya di antaranya sangat cocok dikembangkan di topografi wilayah yang kadar hujannya kurang/kering, pasokan air seadanya, operasi sistem pengairan bisa dilakukan dari lokasi mana saja di Indonesia karena menggunakan layanan SMS; biaya operasional tidak terlalu banyak, dan hasil/produksinya memuaskan.
Yance Maring menjelaskan alasan mengapa ia mengembangkan inovasi baru di bidang pertanian di Kabupaten Sikka dengan pola irigasi tetes dan aplikasi SMS di antaranya adanya kegamangan di kalangan muda untuk mengembangkan pertanian karena polanya hanya mengikuti sistem tradisional dengan penanaman biasa dan pengembangan melalui tenaga manusia.
“Kalau ada inovasi, maka kaum muda tergerak untuk mengembangkan pertanian, misalnya dengan pola irigasi tetes dengan aplikasi SMS atau aplikasi android. Kalau inovasi pertanian seperti ini, maka banyak
kaum muda mulai mencintai pertanian, bahkan selalu termotivasi untuk membuat inovasi baru,” kata Yance.
Yance mengaku optimis bahwa generasi muda Sikka ke depannya, termasuk OMK di Keuskupan Maumere akan terus berinovasi di bidang pertanian dan mencintai profesi petani. “Apalagi lahan pertanian di Sikka terbilang subur bila dibandingkan lahan pertanian di Israel. Tapi karena di Israel selalu terapkan inovasi pertanian terbaru, maka usaha pertanian di sana sangat sukses,” ujarnya.
Yance Maring mengajak generasi muda di Sikka untuk bergandengan tangan dan berkolaborasi dalam upaya menerapkan pola pertanian dengan aneka inovasi baru sehingga pengembangan usaha pertanian bisa memberikan dampak peningkatan ekonomi bagi warga Kabupaten Sikka.“Mari kita bergandengan tangan dalam upaya menciptakan aneka inovasi di bidang pertanian,” ajak Yance Maring.
Kita berharap agar sosok pemuda desa Yance Maring ini menjadi idola kaum muda Sikka khususnya, dan kaum muda NTT, umumnya untuk maju pantang mundur dalam upaya mengembangkan pertanian irigasi tetes dengan aplikasi SMS dan android di Kabupaten Sikka dalam upaya meningkatkan ekonomi warga, khususnya kaum muda dan OMK dapat terealisasi.
Seraya menyampaikan apresiasi atas penerapan Pertanian dengan sistem Irigasi Tetes ala Israel di atas yang dirintis Yance Maring di Kabupaten Sikka dan yang dikembangkan RP. Wempy Jawa, SVD di Puslit
Candraditya, saya pun pun teringat akan pesan bermakna Uskup Agung El Salvador ketika pejuang kemanusiaan itu selalu menyuarakan suara kaum tak bersuara (voice of the voiceless ) di masa kegembalaannya di El Salvador “Mengenai diri kita…Kita menanam benih-benih yang suatu hari akan tumbuh. Kita menyiram benih-benih yang yang ditanam. Kita tahu benih-benih ini mengandung janji masa depan Gereja.” Semoga inovasi Pertanian Irigasi Tetes yang dikembangkan Yance Maring dan RP Wempy
Jawa SVD ini semakin menumbuhkan kecintaan kita, khususnya generasi muda dan Orang Muda Katolik (OMK) untuk memajukan pertanian di era milenial dan digitalisasi, di sini/kini dan sekarang ini (hic et
nunc). Soli Deo Gloria. ***