Suara Gereja Katolik dalam Menghadapi Krisis Lingkungan: Refleksi dari “Laudato Si”
Oleh: Maria N. Dagur, Mahasiswa Smt. VII Stipas Ruteng
Ketidaksetaraan sosial dan ekonomi di dunia modern semakin memperburuk masalah lingkungan ini. Krisis lingkungan sering kali disebabkan oleh eksploitasi sumber daya alam secara berlebihan dalam jangka panjang. Korban utama kerusakan lingkungan adalah masyarakat miskin, yang paling rentan terhadap bencana alam dan ketidakstabilan ekonomi. Setiap hari, orang-orang yang tinggal di daerah pesisir yang rentan terhadap banjir, di daerah yang kering dan kekurangan air, atau di kota-kota besar yang dipenuhi polusi menghadapi ancaman terhadap kesehatan dan kesejahteraan mereka.
Berbagai bentuk krisis lingkungan yang mendesak telah menjadi perhatian utama dunia, termasuk di dalam Gereja Katolik. Beberapa masalah paling penting yang saat ini dihadapi umat manusia antara lain perubahan iklim, pencemaran udara dan air, Deforestasi dan Hilangnya Keanekaragaman Hayati, Sampah Plastik dan Polusi Laut, dan Penggunaan Sumber Daya Alam yang Tidak Berkelanjutan.
Gereja Katolik mengeluarkan ensiklik Laudato Si pada tahun 2015 untuk memberikan tanggapan luas yang didasarkan pada prinsip moral dan spiritual dalam menghadapi krisis lingkungan yang meluas ini. Laudato Si tidak hanya mengakui betapa berbahayanya krisis lingkungan bagi Bumi dan umat manusia, tetapi juga menekankan betapa pentingnya mengambil pendekatan yang holistik dan integral untuk mengatasi masalah ini. Dalam ensiklik ini, Paus Fransiskus menekankan bahwa krisis sosial dan ekonomi yang dihadapi dunia saat ini terkait erat dengan krisis lingkungan. Dalam ensiklik ini yang ditekankan adalah;