Ratapan Satar Punda (Puisi Gerald Bibang)

Ket. Foto | Gerald Bibang

 

RATAPAN SATAR PUNDA

tidak, tidak, Leo Kristi tidak sedang nyinyir
rahim bumi manggarai timur, nusa bunga itu, sedang perih
menetes darah melumuri punggung anak2 desa Satar Punda
meratapi ibu bumi yang sebentar lagi bukan mereka punya

tidak, tidak, Leo Kristi tidak sedang narsis
ia berkata apa adanya, bukan karena ada apa-nya

“Kalau ke kota esok pagi sampaikan salam rinduku
Katakan padanya padi-padi telah kembang
Ani-ani seluas padang, roda giling berputar-putar siang malam
Tapi bukan kami punya
Kalau ke kota esok pagi, sampaikan salam rinduku
Katakan padanya, tebu-tebu telah kembang
Putih-putih seluas padang, roda lori berputar-putar siang malam
Tapi bukan kami punya
Anak-anak kini telah pandai, menyanyikan gema merdeka
Nyanyi-nyanyi bersama-sama, di tanah-tanah gunung
Anak-anak kini telah pandai, menyanyikan gema merdeka
Nyanyi-nyanyi bersama-sama:
Tapi bukan kami punya
Tanah pusaka, tanah yang kaya, tumpah darahku
Di sana kuberdiri, di sana kumengabdi
Dan mati, dalam cinta yang suci”

BACA JUGA:
PUISI-PUISI JULIO SIMSON SALANG
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More