Banyak pro-kontra di antara umat Katolik terhadap posisi Rm. Magnis dalam sidang MK. Yang pro berpendirian bahwa Romo berani menyatakan kebenaran. Sudah uzur tapi tetap hadir di panggung publik untuk memberikan kuliah bagi bangsa ini tentang etika.
Itu perlu karena panduan etik merupakan dasar dalam memilih tindakan benar atau salah, termasuk dalam kontestasi politik yang baru saja berlalu. Tetapi yang kontra melihat kehadiran Romo sebagai pencemaran terhadap netralitas sosok imamat, sekaligus keluar dari pendirian gereja Katolik yang tidak berpolitik.
Kehadirannya disana sebagai ahli untuk Paslon tertentu dipandang menodai pendirian itu. Tidak pantas seorang pastor yang menjadi sandaran umat termasuk yang pilihan politiknya berbeda malah mendukung Paslon tertentu. Itu tidak benar dan melanggar etika yang dikemukakannya di persidangan.
Dari semua hiruk pikuk itu, saya bisa ringkas fokus utamanya adalah kebenaran. Topik inilah yang saya akan lihat dari perspektif berbeda.
Sebetulnya omong tentang kebenaran adalah sejarah manusia. Tidak hanya kebenaran pada institusi tapi pada diri manusia itu sendiri. Sejak peradaban manusia dibentuk tema ini telah menjadi menu utama dalam interaksi antar manusia.