Memaknai Sakit dan Menjadi Kudus Ala Remaja Milenial Carlo Acutis

Carlo Acutis
Beato Carlo Acutis

Internasional, Pojokbebas.com – Pada hari Sabtu, (10/10), Carlo Acutis seorang remaja milenial di anugerahi gelar Beato di Basilika Superiore Santo Fransiskus di Asisi. Ia adalah orang muda yang digelari Beato dari generasi yang serba virtual ini.

Angela Mengis Palleck dalam artikelnya untuk vaticannews menulis, Carlo meninggal pada usia 15 tahun. Ia meninggal karena sakit leukemia yang sangat baruk. Leukemia Myeloid Akut (AML atau M3).

Yang mengejutkan, menarik dan patut ditiru adalah sikapnya saat mengetahui jenis sakitnya. Kepada ibunya, ia berkata, “saya mempersembahkan kepada Tuhan penderitaan yang harus saya alami untuk Paus dan untuk Gereja, agar tidak harus berada di Api Penyucian dan dapat langsung pergi ke Surga”

Ia tidak mengeluh, tapi menerima. Ia menerima penderitaannya sebagai sebuah keharusan. Baginya penderitaan adalah sebuah gerbang melalui mana ia dapat langsung pergi ke Surga.

Selain itu, ia juga menerima penderitaan itu, lalu mempersembahkannya kepada Tuhan. Penderitaan dialaminya sebagai sebuah persembahan korban, bukan hanya untuk dirinya sendiri, tetapi juga untuk gereja dan Paus.
Carlo Acutis menjadi kudus bukan karena ia menghindari kehidupan yang serba sekuler ini. Tidak. Ia justru berada didalam, menjadi bagiannya, lalu dari dalam itu, ia mengidupkan pelita hidupnya.

BACA JUGA:
Agama dan Kemanusiaan
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More