Mengenang Kita di Horison Senja Abadi

Aku ingin melukiskan indahnya momen kita tiap kali terbagun
di pagi yang masih menyisakan ranumnya malam,
pagi yang selalu menyuguhkan dirimu di sampingku.

Dan betapa aku tersedak dalam diam
ketika membayangkan bahwa kelak suatu saat nanti,
kita tidak akan bisa lagi masih saling melihat
ketika bangun tatkala horizon senja abadi
menutup salah satu di antara kita secara abadi.

Dan tak akan ada titik kembali.
Tak ada jalan pulang.

Yang ada adalah sisa-sisa perih yang tertinggal
di antara kita karena kepergian yang kekal.

Diamku adalah ribuan kata cinta untukmu
marahku adalah jutaan puisi sayang untuk kalian

di dinding rumah kita tak pernah ada bingkai foto
karena aku adalah bingkai foto kalian

Dan kalian adalah foto hidup
yang selalu menggantung pada dinding hatiku
selamanya, ke mana pun aku melangkah.

Lereng Merapi, EDISI Sayang Anak Istri 10 08 2019
Silvester Goridus Sukur

BACA JUGA:
Nyanyian Manggarai dalam Puisi-puisi Julius Simson Salang
Berita Terkait
Tinggalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan ditampilkan.

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

This website uses cookies to improve your experience. We'll assume you're ok with this, but you can opt-out if you wish. AcceptRead More